GRATIS ITU TAK SELALU BAIK


Saya sebenernya sedang kebingungan, apakah kisah berikut ini nasuk kedalam kategori kisah santai atau malah jadi materi berat di zid club. Setelah saya pertimbangkan, kisah sederhana yang saya alami ini, ada baiknya diangkat menjadi materi serius.
*****
Saya memiliki seorang sahabat pengusaha besar di priangan timur. Suatu hari, beliau mengajak Saya untuk menghadiri sebuah seminar yang dibawakan oleh mitra bisnisnya. Sahabat Saya ini adalah salah satu investor apartemen yang sedang digarap oleh pembicara.
Saat itu, kebetulan Saya sedang mengikuti tulisan-tulisan sang pembicara, dan sepak terjangnya dalam membangun beberapa tower apartemen. Usia juga masih muda, seumuran dengan Saya. Maka wajarlah jika Saya lompat kegirangan.
Yang membuat Saya lebih girang lagi, Sahabat Saya yang pengusaha tersebut berkata, “Udah bro, ane bayarin, VVIP, duduk depan, ntar makan siang bareng dia, ketemuan aja sama gw di hotel ya.”
Di hari H, Saya hadir dengan sepenuh jiwa raga, Saya duduk di depan, mendengarkan dengan seksama, bahkan mengikuti sampai acara makan siang.
Tapi…
Tapi Saya merasakan ada hal yang aneh…
Kok Saya tidak merasakan apa-apa ya. Jiwa Saya merasa datar. Saya pun tidak merasakan sesuatu yang istimewa dari paparannya. Intinya, Saya BOSAN.
Hingga sesi makan siang, gak tanggung-tanggung, Saya makan satu meja dengan sang pembicara, tetapi.. lagi-lagi tidak berasa apa-apa, bahkan Saya ijin keluar terlebih dahulu untuk sholat. Dan tidak masuk lagi. Huffft…
*****
Saya kira, semua merasakan hal yang sama, hingga akhirnya, Saya berbincang dengan teman yang secara tidak sengaja hadir ke acara tersebut : Mas Dewa Eka Prayoga dan Mas Mirza G. Indralaksana. Kami akhirnya berbincang paska seminar.
Baca juga:  Rheinald Kasali: Teori Tentang Harga
Sambil menyantap makan sore, mereka berdua membahas tentang isi materi dari seminar. Antusias sekali. Ini kelasnya Guru Dewa dan Guru Mirza nih, kok demen sama seminarnya, Saya sih nggak.
Saya akhirnya tidak curiga dengan pembicara, Saya akhirnya melihat ke diri Saya sendiri. Berarti, Saya yang salah nih, kol hati Saya mati begini, kok gak ada getaran pemahaman.
Maka Bro Dewa langsung nembak,
“Kang Rendy bayar?”
Saya langsung jawab “nggak lah wa, kan diajak Mas itu, gratis, investor itu mas.”
Guru Dewa langsung nyerocos, “pantas gak ngefek, wong gratisan.”
DEGGGG. Saya tertusuk. Jelas ini masalahnya.
*****
Saya kemudian berfikir, merenung dan menemukan. Bahwa ada keberkahan dalam transaksi. Gratis itu gak selalu baik.
Seseorang bekerja, kemudian mendapatkan uang. Maka didalam uang tersebut, tersimpana nergi yang di-zip. Ketika uang dibelanjakan, kita sebenarnya tidak sekedar memberi uang, namun kita memberikan energi ke pihak yang menjual barang atau jasa.
Seseorang yang MEMBERI kan energi, pasti akan MENERIMA energi. Inilah yang akhirnya Saya sadari. Dan setelah kejadian itu, Saya jadi waspada dengan ajakan yang gratisan, atau membayar yang terlalu rendah dari value yang saya terima.
*****
Kutipan dari grup sebelah.