Mengkaji ISIS Memaksimalkan Potensi

Hallo sahabat MedanBisnis....
Apa kabar? Semoga makin sehat pada saat menjalankan puasa Ramadhan, usahanya lancar dan kantong tebal ^_^.

Ketika membaca judul di atas mungkin banyak yang protes ya.
Gimana ceritanya ISIS berguna bagi perekonomian Sumut??? Namun, setelah sahabat membaca secara menyeluruh tentu akan memahami ISIS yang saya maksud pada tulisan kali ini. ISIS yang saya maksud BUKANLAH sebuah aliran yang dianggap sesat dan bersifat radikal namun ISIS yang saya paparkan merupakan kumpulan point-point penting yang dapat kita pahami dan jika kita bersedia melakukan perubahan secara bersama-bersama tentu berdampak pada kemajuan negeri kita.

Sebelum masuk pada kajian ISIS, saya sedikit mengulik sambungan bahasan beberapa minggu sebelumnya. Bagaimana kondisi negeri tetangga terkait kesiapan mereka menghadapi MEA.

Setelah Singapore, Malaysia, Thailand & Vietnam kita juga bisa melihat bagaimana perkembangan Brunei Darussalam sebagai negara kaya bersumber dari pengeboran Minyak Bumi dan Gas.

Kini, Brunai tengah berupaya meningkatkan di sektor perdagangan dan industri. Tidak tanggung-tanggung hasil minyak bumi dan gas merupakan setengah dari PDB (Produk Domestik Bruto) Brunei Darussalam.

Dengan keberlimpahan tersebut kesultanan juga memberikan pelayanan kepada rakyatnya secara cuma-cuma mulai dari pengobatan, subsidi pangan hingga fasilitasi perumahan. Brunei Darussalam juga masuk dalam kategori negara dengan pendapatan nasional yang tinggi di dunia.

Kita tentu bisa membayang seberapa siapnya negeri brunei menghadapi MEA. Sebab secara finansial boleh dikatakan rakyatnya sangat sejahtera.

Bagaimana dengan negeri kita yang notabene juga penghasil minyak bumi dan gas bahkan tambang emas yang berlimpah. Mirisnya masyarakat yang berada di daerah eksplorasi tak jarang ekonominya jauh dari sejahtera. Tentu kita bisa belajar banyak hal dari Brunei perihal managerial dan pengelolaan sumber daya.

Bergeser dari Brunei kita menuju Myanmar, Myanmar memiliki bentang alam yang bervariatif dari dataran rendah sampai pegunungan. Banyaknya sungai-sungai besar dan gunung api menyebabkan kondisi tanahnya sangat subur. Hal tersebut sangat menunjang bagi kegiatan agraris seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Oleh karenanya tidak heran jika Myanmar terus berusaha meningkatkan potensi mereka di bidang pertanian.

Selain potensi alam yang mereka miliki, upah di Myanmar juga murah. Meskipun kondisi infrastuktur belum begitu memadai, namun Myanmar menjadi destinasi investasi yang menarik di ASEAN.

Disamping tingginya minat para investor untuk berinvestasi di Myanmar namun disisi lain, para pekerja Myanmar juga berusaha mempelajari bahasa Indonesia sebagai bagian persiapan bagi diri mereka untuk memasuki Indonesia dan Malaysia disebabkan upah buruh di Indonesia lebih tinggi dibanding Myanmar.

Kondisi politik yang tidak stabil beberapa waktu juga sedikit menyulitkan rakyat Myanmar tidak lepas pula dengan kondisi usaha mikro yang memiliki ketergantungan besar terhadap pemerintah.

Kondisi Myanmar dapat menjadi refleksi bagi negara kita untuk semakin menggali potensi dan mendorong rakyat untuk semakin kreatif dalam mengelola potensi yang ada. Dari Myanmar kita beralih ke Laos. Laos adalah Negara satu-satunya Negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak memiliki pantai letak wilayah negara Laos yang tidak memiliki wilayah laut atau pantai dikenal dengan sebutan kawasan land-lock.

Laos memiliki potensi besar pada pertanian dan kehutanan, namun dari segi infrastruktur kurang memadai bahkan Laos sendiri baru memiliki jalur kereta api pada tahun 2009. Jalur keretanya dihubungkan melalui jembatan yang melintasi Sungai Mekong dari Nong Kai di Thailand menuju Thanaleng, satu-satunya stasiun kereta di Laos yang berjarak 13 km dari Vientiane.

Sektor pariwisata laos merupakan sektor dengan tingkat kemajuan yang lebih baik di Laos, kondisi politik dan minim infrastruktur seakan menjadikan Laos sebagai negara bontot perekonomian ASEAN.

Tentu kita bisa belajar banyak dari Laos dengan kondisi infrastruktur yang kurang memadai, kalangan berpendidikan yang lebih memilih menetap di luar negeri namun mereka terus berusaha memajukan negerinya. Kita bisa melihat betapa kondisi politik negeri memiliki peran strategis yang berefek kepada kondisi perekonomian.

Kondisi perekonomian di Kamboja ditopang oleh sektor pertanian, Sekitar 80% lahan pertanian ditanami padi. Daerah penanaman padi berada di dataran besar Tonle ap dan sekitar Sungai Mekong. Hasil pertanian lainnya meliputi karet, umbi-umbian, jagung, buncis, dan tembakau. Kegiatan industri meliputi industri semen dan pengolahan karet.

Untuk mendukung trend peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.

Selain itu, Industri pariwisata merupakan andalan kedua di Kamboja sebagai pemasukan terbesar setelah industri tekstil. Meskipun Kamboja minim sektor pertambangan mereka berusaha untuk meningkatkan potensi di berbagai sektor dengan harapan mampu bersaing di era MEA.

Menilik kondisi Filipina, yang merupakan negara termaju pasca perang dunia ke II namun mengalami kemerosotan perekonomian akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial.

Bangkit dari kondisi tersebut Filipina melakukan Strategi peningkatan infrastruktur, merombak sistem pajak untuk menambah pendapatan pemerintah, juga deregulasi, penswastaan ekonomi dan meningkatkan integrasi perdagangan di wilayah sekitar sebagai upaya bersaing di kancah MEA, Dapat menjadi pemacu bagi negara kita terhadap kesejajaran persaingan di MEA pula.

Prospek masa depan Filipina sangat tergantung dari performa ekonomi dari dua partner dagang utama, Amerika Serikat, dan Jepang, administrasi yang lebih tepercaya, dengan kebijakan pemerintah yang konsisten. Disamping sektor teknologi informasi yang bertumbuh pesat.

Dari sharing kita beberapa waktu sebelumnya tentu kita mulai dapat membayangkan betapa besar potensi indonesia dalam persaingan di kancah MEA.

Asalkan kita berkomitmen untuk bersatu dalam menghadapinya, salah satu paparan perihal solusi meningkatkan potensi negeri ini dikancah MEA saya susun dengan 4 point yang disingkat dengan ISIS.

ISIS merupakan singkatan dari Identity, Synchronization, Implementation and Sustainability.

Empat point yang akan saya paparkan minggu depan ini tentu menjadi hal yang menarik jika dapat kita duskusikan bersama dengan harapan memberi sebuah wacana dan solusi bagi SUMUT agar tidak selalu dianggap sebagai Semua Urusan Menggunakan Uang Tunai. Namun bergerak perlahan berubah menjadi Semua Urusan Membutuhkan Usaha yang Terarah.

Oke sahabat MedanBisnis, kita lanjut minggu depan untuk pemaparan lebih luas. Terimakasih.
(Oleh: Alween Ong) 

link berita:
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/06/09/239103/mengkaji-isis-memaksimalkan-potensi/#.V1vNsRIcaKE