Berkorban

Mengutip tulisan mas salman OIM
Berikut isinya:
Banyak orang berpikir telah BERKORBAN, namun kenyataannya dia sedang melakukan KEWAJIBAN.
Banyak orang berpikir telah BERKORBAN, namun kenyataannya dia sedang melakukan perbuatan MENOLONG.
Banyak orang berpikir telah BERKORBAN, namun kenyataannya dia sedang melakukan perbuatan yang SIA-SIA.
Banyak orang berpikir telah BERKORBAN, namun kenyataannya dia sedang MENJADI KORBAN.
Banyak orang berpikir telah BERKORBAN, namun kenyataannya dia sedang BERDAGANG.
===
Seorang Ayah bekerja mencari nafkah, itu KEWAJIBAN.
Membantu kerabat sedang kesusahan, ketika kita mampu, itu namanya MENOLONG.
Melakukan sesuatu dengan alasan berkorban, namun justru mengorban lain hal yang lebih besar, seperti TUHAN misalnya, itu namanya perbuatan yang SIA-SIA
Dipaksa lembur bekerja oleh bos padahal ada banyak hal yang lebih penting lagi yang harus dilakukan, sehingga mengorbankan hal yang lebih penting itu namanya MENJADI KORBAN.
Seorang Ibu berhenti bekerja, padahal karir sedang gemilang, dan memilih merawat anaknya, itu nama BERKORBAN
Seorang yang melakukan sesuatu yang awalnya beralasan untuk berkorban, namun dikemudian hari menyesali, kecewa, karena tujuan yang ingin dia capai, karena berkorban itu, tidak dapat diraihnya, hal ini namanya BERDAGANG, melakukan sesuatu berharap imbal balas.
===
Berkorban itu adalah melepaskan sesuatu dengan rasa suka cita dan suka rela atas satu hal yang lebih mulia, yang lebih besar. Lihatlah Nabi Ibrahim AS yang mengorbankan Nabi Ismail AS demi kecintaan kepada Alloh SWT.
Berkorban itu sejatinya akan menghadirkan kebahagiaan, menguatkan cinta, dan ketenangan hidup.
Berkorban itu tidak mengharap balas, tidak berhitung, cukuplah TUHAN sebagai sebaik-baiknya pemberi balasan.
Selamat Hari Baik, Selalu Mantab
#berkorban #pengorbanan #cinta #bahagia
*terinspirasi dari tulisan mas  Arvan Pradiansyah (Motivator Nasional di bidang Leadership & Happiness.) http://www.ilm.co.id/smart-happiness/sacrifice/ | https://goo.gl/laerWr