REWARD EXCELLENT FAILURES, PUNISH MEDIOCRE SUCCESS

(

Kalau mau berinovasi, siap-siapkah untuk gagal berkali kali).
Pagi itu saya berdiskusi dengan seorang teman saya yang menjadi Direktur di sebuah perusahaan besar milik negara.

Sebut saja namanya Ratna (yang tentunya bukan nama aslinya).
Ratna, menceritakan susahnya mengembangkan bisnis dengan begitu banyaknya aturan.
Dan lebih parahnya adalah pada saat perusahaannya dievaluasi oleh institusi-institusi negara yang lain, Ratna dihadapakan oleh resiko yang sangat tinggi pada saat dia dianggap sebagai "merugikan keuangan negara".

Wadhuh... !
Padahal yang namanya bisnis, kita kan mengambil keputusan berdasarkan resiko.
We don't know what will be happen in the future.
Jadi kalau mau mengembangkan bisnis, ya kita harus berani mengambil resiko.
Dan pada saat kita mengambil resiko, ya ada kemungkinan untung ada kemungkinan rugi. Namanya juga bisnis.
Kalau nggak mau rugi ya jangan berbisnis. Itu resiko yang harus dihadapi.

It is  normal.
It is ok, untuk rugi. Karena mestinya anda melakukan  beberapa initiative baru dan nantinya ada yang rugi dan akan ada yang lain yang untung.
Dan selama yang untung bisa menutup kerugian yang lain dan secara keseluruhan hasilnya masih positive it should be ok kan?
But yang sering kali terjadi adalah pada saat rugi kita dihadapkan pada tuduhan "merugikan keuangan negara".

Lha kalau kita berbisnis dan semuanya ketakutan rugi, lha terus kita mau gimana?
Saya bertanya,"Apakah mungkin itu yang menyebabkan perusahaan perusahaan milik negara kita susah berkembang di luar negeri, sementara market dalam negeri kita diobok-obok oleh perusahaan dari luar negeri, Amerika, Eropa, Jepang, Singapore bahkan Malaysia?"
Ratna langsung menjawab,"You are exactly right Pam".

Wah... kok susah begini ya?
Kita coba ulas balik dengan mindset change dulu sebelum kita membahas bagaimana kita berinovasi ya...
Thomas Alva Edisson bereksperimen ribuan kali sebelum akhirnya dia berhasil menciptakan bola lampu.
Mungkin Thomas ini gila kali ya? Gagal ribuan kali tapi nggak pernah putus asa.
Bahkan waktu ditanya oleh wartawan "Bagaimana rasanya gagal ribuan kali?"
Dia malah tersenyum dan bercanda,"Saya bukan hanya menciptakan sebuah  cara yang benar, tetapi saya juga menemukan ribuan kali cara yang salah?"
Gila bener tuh orang. Ribuan kali gagal, tidak putus asa, masih bangkit dan mencoba lagi, akhirnya berhasil dan masih bisa bercanda.

Edan!
Tetapi berkat jasa "orang gila" seperti Thomas kita sekarang bisa menikmati bola lampu. Dan seandainya nggak ada Thomas mungkin kita masih harus menggunakan lampu minyak (atau petromax).
Dan ternyata itulah satu satunya cara untuk melakukan perubahan (dari lampu minyak ke bola lampu listrik).
Kita harus melakukan eksperimen dan harus siap untuk berkali kali gagal.

Padahal ini yang terjadi di Indonesia...
1) Waktu SD saya ingin memperbaiki design pesawat terbang kertas saya. Maka saya membuat dengan design yang berbeda dengan teman teman saya. Saya  berharap agar pesawat saya terbang lebih tinggi dan lebih jauh.
Tetapi saya gagal pada kesempatan pertama saya. Dan guru saya pun me"nasihati" saya. "Pam jangan membuat pesawat seperti itu. Tirulah teman temanmu yang lain. Pesawatnya terbang lebih jauh kan?"
Saya mengikuti nasihat guru itu (while I should not). Dan akibatnya saya gagal mencapai cita cita saya untuk menerbangkan pesawat lebih jauh daripada teman teman saya.

2) Sepupu saya namanya Indra. Setelah lulus dari pertanian, dia memulai usaha agrobusiness dengan membeli sayur mayur dari petani dan menjualnya ke supermarket di kota.
Suatu saat temannya yang menyopir mobil dari pedesaan ke kota kecelakaan dan tertabrak truk.
Dia mengalami kerugian besar untuk mengobati temannya dan memperbaiki mobilnya.
Orang tuanya marah besar,"Makanya dengerin kata orang tua. Sudah Ayah bilang jadilah pegawai negeri saja. Mengapa harus macem-macem buka usaha segala. Kalau begini siapa yang repot? Sudahlah, jangan membangkang sama orang tua"
Saya yakin banyak di antara kita yang mengalami atau mengamati kedua kasus di atas terjadi di tengah tengah kita.
Ternyata di Indonesia masih banyak yang belum mengerti bahwa untuk berinovasi, kita harus siap untuk gagal berkali kali.

Untung Thomas Alva Edisson bukan orang Indonesia. Kalau dia orang Indonesia mungkin setelah gagal sekali, orang tuanya akan bilang,"Sudah Ayah bilang. Pakai lampu minyak aja. Gak usah macam-macam bereksperimen. Sudah hentikan percobaanmu dan nurutlah sama orang tua."
Makanya di jawa ada istilah " Aja neka-neka"  dan di bahasa Indonesia ada kata "Jangan macam-macam"

Padahal di bahasa Inggris tidak ada padanan kata itu. Aja neka-neka atau jangan macem macem artinya jangan melakukan sesuatu di pakem. Which means jangan berinovasi. Wadhuh!
Makanya di Inggris atau di Amerika nggak ada padanan katanya, karena di sana mereka sangat encourage innovations.

Orang Indonesia terbiasa dengan pepatah,"Membela yang benar dan menghukum yang salah"
Dan seolah olah menjadi," Menghargai yang berhasil dan menghukum yang salah."
Eiiiitttts.... tunggu dulu.

Ada dua macam kesalahan:
- salah niatnya (berarti dari awal niatnya sudah nggak benar, mau korupsi atau mau mengambil keuntungan pribadi

- salah hasilnya (niatnya sudah benar, tetapi hasilnya masih salah, masih gagal, karena memang kita harus mencoba dan mencoba lagi)
Saya sangat setuju bahwa yang pertama (niatnya salah) harus dihukum sebesar besarnya.
Tetapi untuk yang kedua? Yang niatnya bagus dan hasilnya masih salah? Haruskah kita menghukum mereka.

Mereka ini punya niat yang baik untuk memulai ide baru, menjalankan perubahan, melahirkan inovasi yang akhirnya akan memajukan perusahaan dan membawa keuntungan (besar) bagi negara.
Dan kita akan menghukum mereka hanya karena idenya gagal (padahal masih bisa diperbaiki pada experimen berikutnya)?

Think again !
Pada saat mereka gagal, dan kemudian anda menghentikan usahanya, sayang amat, siapa tahu percobaan berikutnya akan berhasil.
Padahal kita tahu kan .. dunia berubah begitu cepat. Untuk survive dalam bisnis kita tidak bisa hanya meneruskan cara cara lama kita dulu. We can  no longer just continue the old way of doing things.
Kodak bermasalah besar saat orang orang tidak lagi mencetak photo. Nokia phone bermasalah saat mereka terus menerus memproduksi telephone padahal orang membutuhkan device untuk browsing dan messaging.

Sebuah perusahaan taxi besar di China hampir bangkrut karena orang lebih suka memesan taxi menggunakan aplikasi.
Bank harus bertransformasi ke digital karena pelanggan nggak mau lagi pergi ke branch.
Semua paradigma berbisnis cara lama harus diubah.
Itulah kenapa kita harus berinovasi untuk kelangsungan bisnis di masa depan (agar kita tidak mengalami nasib Kodak, Nokia dan perusahaan taxi di China).
Maka yang kita terapkan bukan lagi ... Reward the success and punish the failures, tetapi reward excellent failures and punish medicre success.

Dulu kita mereward success dan mem-punish failures.
Padahal kadang sukses yang kita lakukan hanya berarti menjual product atau service lama yang memang menguntungkan untuk jangka pendek tetapi mungkin akan membahayakan untuk jangka panjang (that's how a lot of companies got into trouble).
Dulu kita mem punish failures. Padahal failure itu kita butuhkan sebagai bagian dari experience di mana kita mencoba coba untuk melakukan hal baru di masa depan.
Kalau kita mem punish mereka , nanti tidak akan ada yang berani mencoba lagi.
Dan kalau tidak ada yang berani berinovasi ... tinggal menunggu waktu sebelum perusahaan memasuki era keruntuhan.

Jadi yang harus dilakukan adalah ...
- Reward excellent failures
(memberikan penghargaan kepada yang berani gagal karena mencoba berinovasi)

- Punish mediocre success
Menghukum orang orang yang berhasil dengan hanya menjalankan proses proses lama yang hanya menguntungkan secara jangka pendek. Menghukum mereka yang takut berinovasi.
Okay, jadi selain Reward excellent failures and punish mediocre success, apa yang harus dilakukan sebuah perusahaan agar survive in the future ...

1.  Send the sense of urgency
Semua orang harus mengerti bahwa tanpa berinovasi lama lama perusahaan akan mati.
Tunjukkan performance product dan service yang lama yang makin lama makin menurun. Semua harus bahu membahu menghindari kehancuran.

2. Encourage everybody to innovate
Inovasi bukan hanya milik product development team. Semua harus berinovasi (product, process, new way of doing things). Finance, marketing, HR, logistic... every body.

3. Allow mistake, reward the  mistake
Kirimkan pesan ke semua karyawan bahwa semua karyawan  boleh berinovasi.
Asalkan niatnya baik (ingin berinovasi untuk kemajuan perusahaan) gagal is okay. Success is even better.

4. Create different rule of the game for new business
In old business you can always measure the performance the success number.
Tapi dalam berinovasi anda tidak bisa melakukan itu.
Karena belum tentu ide baru itu langsung menghasilkan sales number .
Kalau anda hanya mereward dengan sales number ide baru nggak akan pernah tumbuh.
Reward dan berikan penghargaan untuk ...
- ide baru yang dicetuskan
- ide baru yang berhasil diimplementasikan
- ide baru yang berhasil diluncurkan ke pasar

5. Reward the success ideas that is launched successfully
Reward the excellent failure bukan berarti tidak menghargai kesuksesan.
Ide baru yang lahir, berhasil diimplementasikan, berhasil diluncurkan ke pasar dan menghasilkan angka penjualan yang tinggi juga harus direward setinggi tingginya.
Jadi ingat, demi kelangsungan bisnis anda di masa depan .... ini yang sebaiknya anda lakukan ...
1. Send a sense of urgency
2. Encourage everybody to innovate
3. Allow mistakes
4. Create different rule of the game
5. Reward the successful ideas

Tetapi ingat... yang paling penting adalah... Reward Excellent Failures and Punish Mediocre Success.
Selamat mencoba...
Pambudi Sunarsihanto